Friday, September 7, 2012

Mengatasi Financial Shenanigans


Tidak ada obat mujarab untuk mengatasi penyakit yang kronis terhadap praktek earning management yang dijalankan oleh perusahaan karena sifat dasar manusia yang tidak akan pernah merasa puas terhadap yang dimiliknya.

Namun demikian Howart Schilit, mengatakan bahwa paling tidak masyarakat dapat mengurangi dampak dari praktek yang tidak sehat ini dengan mnelakukan antara lain:
Improving auditors ability to audit
Improving training for user of financial report
Improving the control environment within organization
Restructuring managers incentive and governance.

Keempat hal tersebut diatas hanya dapat dilaksakan jika semua pihak seperti pemerintah, penegak hukum, internal dan independent auditors, dewan komisaris, audit komite, dan pihak
– pihak lainnya yang terkait dapat menjalankan fungsinya secara memadai.

Dari sisi manajemen perusahaan (BOD) perlu memiliki etika dan intergritas yang baik dalam menjalankan tugasnya.

Tanggung Jawab Manajemen dan Akuntan dalam Mendeteksi Financial Shenanigans


Sudah sejak lama peran dan profesi akuntan menjadi sasaran kritik masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya. Keprihatinan tersebut memuncak pada masa – masa sulit dimana semua telinga akan tertutup bagi para independen auditor (prakarsa,1996)

Keruntuhan perusahaan – perusahaan terkemuka didunia benar-benar menempatkan kepercayaan public pada laporan keuangan dan profesi akuntan public semakin memudar (Enron, Adelphia, Dinergy, Global Crossing, Tyco Internatioanl, Xerox, Pharmalat, dan terakhir kasus Tax Sheltering yang menimpa KPMG) sehingga mendorong para pihak seperti regulator, investor, creditor dan pihak yang berkepentingan lainnya menjadi prihatin dengan profesi ini.

Dalam kondisi yang sangat tidak menentu ini, potensi resiko yang dihadapi KAP menjadi semakin tinggi yang tidak sebanding dengan professional fee yang diperoleh oleh KAP itu sendiri.

Earning management yang bersifat abusive dapat dikatagorikan merupakan tindakan kecurangan dan dapar diklasifikasikan sebagai tindak pidana, yang berakibat akan di kenakan sanksi pidana.

Manajemen perusahaan yang melakukan kecurangan dalam menyusun laporan keuangan perushaan akan dikenakan sanksi pidana ex pasal 263 KUHP(penipuan) Selanjutnya, perusahaan yang melakukan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dan menerima class action dari independent auditor (misal, wajar tanpa pengecualian, wajar dengan empasis paragrafh”dsb) dapat dikenakan sanksi pidana ex pasal 263 KUHP ayat (2) KUHP(memakai surat palsu dalam melakukan pemeriksaan), pasal 55 (melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan), Pasal 56 dan 57 KUHP(membantu kejahatan).

Dasar pandangan universal menyatakan bahwa manajemen perusahaan yang mempunyai tanggung jawab utama untuk:
Menyajikan Laporan Keuangan secara benar, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterapkan secara taat asas;
Memberikan keterangan yang benar kepada auditor (dilarang melakukan misrepresentasi);
Menciptakan lingkungan pengendalian internal yang handal untuk mengurangi terjadinya kecurangan dan memberikan peringatan dini apabila kecurangan masih juga terjadi.

Tanpa landas pemikiran universal mengenai tanggung jawab manajemen sebagaimana diatas, maka:
Tidak ada satu auditor pun di dunia yang dapat melaksanakan fungsi auditnya.
Tidak ada bursa efek didunia yang dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak ada satupun badan pengawas seperti Bapepam, SEC, atau badan pengawasan lainnya dapat menjalankan pengawasan sebagaimana mestinya.

IAI KAP secara khusus mengeluarkan Pernyaatan standar Audit (PSA) yang secara khusus mengatur mengenai pertimbangan kecurangan dalam laporan keuangan dan tindakan larangan hukum yang dilakukan oleh klien, yaitu:
a. SA Seksi 316 – PSA no. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan dalam adit laporan keuangan.
b. SA Seksi 317 – PSA No. 31 tentang unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien

Kedua PSA itu secara khusus mengatur mengenai langkah – langkah yang perlu ditempuh oleh auditor apabila menemukan adanya indikasi pelanggran hukum, atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan seperti:
 Menaksir dampak resiko terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
 Berkomunikasi dengan tingkat manjemen yang lebih tinggi seperti komisaris atau komite audit
 Berkomunikasi denga penasehat hukum klien atau penasehat hukum auditor
 Mempertimbangan untuk mengundurkan diri dari penugasan.

Mengingat hal – hal tersebut bersifat sensitif, maka auditor perlu secara hati – hati dalam melaporkan unsur pelanggaran hukum dan kecurangan yang dilakukan oleh kliennya dan disarankan untuk berkomunikasi dengan konsultan hukum terlebih dahulu.

Earning Managemen Good or Bad ???


Dari hasil survei yang dilaukan E. Mulford dan E Comiskey terhadap para akademisi, CFO, security analyst, lenders, akuntan public,dan mahasiswa MBA menunjukan adanya pro dan kontra atas praktek earning management yang dilakukan oleh perusahaan, hasil survey menunjukan, earning management adalah tindakan yang dapat merugikan investor dan tindakan abusive earning management yang dilakukan manjemen ditindak tegas oleh regulator (SEC) .

Ringkasan survai dapat dilihat dari kutipan berikut ini :
Financial professionals are generally in agreement on when earning management crosses the line between the exercise of the legitimate flexibility inherent in GAAP and abusive or fraudulent financial reporting. However, a nontrivial subset of professionals appears to understate the potential seriousness of certain earnings management action.
Financial professionals agree that earning management is common, that is has increased over the past decade, and that the SEC campaign against abusive earning management is necessary.
The major objectives of earning management are to reduce earning volatility. Support or increase stock price, increase earning –based compensation, and meet consensus earning forecast of analysts.
The major categories of earning management action in order of frequency, are the timing of expense recognition, big bath and cookie jar reserves, the timing of revenue recognition, and real action. While not in conflict with GAAP real action still could be used to produce misleading result.
Trend analysis (analytical review), analysis of high-likelihood condition and circumstances, footnote review, days statistic, and the proximity of actual to estimated result are the most frequently mentioned earning management detection technique.
Earning management is viewed as more likely to be harmful than helpful.
Harmful earning management effect are see to include the distortion of financial performance, inflation of share price, and potential damage to firm performance. Possible helpful effect from earning management include a reduction in earning volatility and share–price volatility, the potential for management to signal its private information, helping to met forecast and rationalize expectation.

Teknik Financial Shenanigans


Menurut penelitian Center for Finacial research &Analysis (CFRA) yang ada di US, terdapat 30 teknik earnings management (shenanigans) yang biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk mengelabuhi investor atau stokeholders (Howart Schilit,2002). Dari 30 teknik tersebut, kemudian dibagi menjadi tujuh katagori, yaitu:
Shenanigans No.1:
Recording revenue too Soon or of Questionable Quality
a. Recording revenue when future services remain to be provided
b. Recording revenue before shipment or before the customers unconditional acceptance
c. Recording revenue even though the customer is not obligated to pay
d. Selling to an affiliated party
e. Giving the customer something of value as aquid pro quo Grossing up revenue
Shenanigan No.2:
Recording bogus Revenue
a. Recording sales that lack economic substance
b. Recording cash received in leading transactions as revenue
c. Recording investment income as revenue
d. Recording as revenue supplier rebates tied to future re-quired purchases
e. Releasing revenue that was improperly held back before a merger

Shenanigan No.3:
Boosting income with One-Time Gains
a. Boosting profits by selling undervalued assets
b. Including investment income or gains as part of revenue
c. Reporting investment income or gains as a reduction in operating expenses
d. Creating income by reclassification of balance sheet account
Shenanigan No.4:
Shifting Current Expenses to a Later or Earlier Period
a. Boosting profit by selling undervalued assets
b. Capitalizing normal operating costs, particularly if recently changed from expensing
c. Changing accounting policies and shifting current expenses to an earlier period
d. Amortizing cost too slowly
e. Failing to write down or write off impaired assets
f. Reducing asset reserves
Shenanigan No.5:
Failing to record or improperly reducing Liabilities
a. Failing to record expenses and related liabilities when future obligation remain
b. Reducing liabilities by changing accounting assumptions
c. Releasing questionable reserves into income
d. Creating sham rebates
e. Recording revenue when cash is received, even though futher obligation remain
Shenanigan No.6:
Shifting Current Revenue to a Later Period
a. Creating reserves and releasing them into income in a later period
b. Improperly holding back revenue just for an acquisition closes
Shenanigan No.7:
Shifting Future Expenses to the Current Period as a Special Charge
a. Improperly inflating amount included in a special charge
b. Improperly writing off in-process R & D costs from an acquisition

Dari 30 teknik earnings management (shenanigans) tersebut diatas pada dasarnya dapat juga dikategorikan menjadi lima fenomena dasar (C Mulford and E Commiskey, 2003), yaitu:
1. Recognizing Premature or Fictitious Revenue
2. Aggressive Capitalization and Expended Amortization Policies
3. Misreported Assets and Liabilities
4. Getting Creative with the income Statement: Classification and Disclosure
5. Problem with Cash flow Reporting

Pola Financial Shenanigans


Pola earnings management dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
Taking a Bath atau Big Bath
Pola ini terjadi pada saat perusahaan melakukan reorganisasi, termasuk penggantian CEO, jika perusahaan harus melaporkan kerugian,manajemen akan melaporkan nilai kerugian yang lebih besar dengan tujuan utnuk meningkatkan laba dimasa datang (Scott 2003 dan levit, dalam the Financial numbers game by C Mulford and E Commiskey)
Income Minimization
Pola ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak di laksanakan secara ekstrim dan dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi yang mempunyai dampak mengurangi laba (income decreasing).
Income Maximization
Pola ini dilakukan untuk tujuan untuk memperoleh bonus, compensations dan juga digunakan perusahaan yang mendekati pelanggaran debt covenants (Scott,2003). Pola ini dapat dilakukan dengan melakukan creative acquisition accounting yaitu perusahaan
akuisisi mengklasifikasikan sebagai harga beli sebagai in-process research and development yang kemudian segera dihapuskan sehingga mengurangi biaya amortisasi harga beli sehingga laba di masa dating akan meningkat (levitt, dalam the financial numbers Game by C mulford and E commiskey,2002)
Income Smoothing
Manajer memiliki insentif melakukan earnings management sehingga tetap berada antara bogey dan cap. Jika manajer risk averse, mereka lebih suka aliran bonus yang konstan sehingga mereka meratakan laba perusahaan (Healy,1985 dan Scott,2003)
Cadangan “Cookie jar”
Manajemen secara bebas membentuk cadangan di masa “boming”yang kemudian digunakan untuk meratakan laba di masa “sulit”. Dimana booming tersebut cadangan justru cenderung diperbesar sehingga dapat digunakan pada saat perusahaan mengalami kerugian ataupun penurunan laba agar perusahaan tidak terlihat jelek (levitt, dalam the Financial numbers game by C Mulford and E. Commiskey, 2002)
Abuse of Materiality
Penyesuaian tanpa didukung dengan dokumen lengkap sering diabaikan oleh auditor Karena jumlahnya tidak material. Walaupun jumlahnya tidak material, namun penyesuaian perusahaan misalnya meningkatkan laba perusahaan ataupun sebaliknya menurunkan laba perusahaan.
Revenue Recognation
Perusahaan mengakui pendapatan secara premature. Penjualan periode dimasa datang diakui sebagai penjualan pada periode berjalan dan atau menggeser biaya penjualan periode mendatang untuk menghasilkan laba yang dilaporkan pada tahun berjalan yang lebih tinggi dan melakukan hal sebaliknya, jika ingin menurunkan laba yang akan dilaporkan.

Motivasi Financial Shenanigans


Penelitian yang dilakukan oleh Scoot (1997), Healy dan Wahlen (1999), Defond and Jiambalvo (1994), beattty et all (2002), Gaver and Gaver (1999), Jones (1991), Han and Wang (1998), Ramesh and Revshine (2001), Aboody, Kznik et all (2000), Reidl (2004), wyatt (2004), serta Cheng dan Warfield (2005), menunjukan bahwa tindakan manajemen untuk melakukan earnings management didorong oleh motivasi berikut:
 Bonus scheme motivation (bonus hypothesis)
 Debt covenant hypothesis
 Political atau size hypothesis
 Pepajakan (Taxation)
 Pergantian Management (CEO)
 Initial public Offering (IPO)
 Regulatory motivations

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, terbukti bahwa manajemen melakukan earnings management karena adanya motivasi yang lebih bersifat opportunistic dibandingkan dengan alasan efficiency. Pada dasarnya rewards yang diperoleh oleh management dengan melakukan earnings management adalah :
 Harga saham perusahaan yang semakin baik (share price effect),
 biaya modal yang lebih rendah (borrowing cost effect),
 manajemen insentif yang tinggi (bonus plan effect) dan
 biaya politis yang rendah (political cost effect).

Tujuan Financial Shenanigans


Tujuan dilakukannya earnings management adalah untuk memberikan fleksibilitas kepada manajemen perusahaan untuk melindungi diri dan perusahaanya dalam menghadapi keadaan yang tidak diinginkan seperti kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dengan perusahaan. Earning management tidak mempengaruhi tingkat propabilitas perusahaan dalam
jangka panjang. Earnings management terjadi apabila manajemen menggunakan judgement-nya dalam menyusun laporan keuanganya sehingga dapat menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja perusahaan.